KDM Wilayah Polman Caving (Jelajah Gua) Di Batas Balanipa Dan Campalagian (Part 3)

Misteri Gua pantai Labuang Campalagian tak henti-hentinya membuat kami terpanggil untuk menelusurinya,  sore itu tanpa ada aba-aba saya dan Bayu kembali ke titik awal penelusuran. Sebelum turun ke Gua kami sejenak bernostalgia, memasang jebakan burung puyuh, kegiatan semasa SD sepulang sekolah. Sambil menunggu teman-teman lain yang ingin ikut menelusuri gua, jebakan demi jebakan kami sebarkan, berharap ada puyuh yang rela kami bodohi.

Cahaya matahari mulai memerah, menandakan hari mulai sore, teman-teman yang kami tunggu tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya, karena mulai bosan saya dan Bayu mengambil inisiatif untuk turun berdua, dan bergegas ke mulut Gua, sebelum sempat turun kami bertemu dengan penjaga kebun tempat gua berada. Sayapun menyapa si pemilik kebun untuk memancing pembicaraan, dan itu berhasil,  setelah berbincang cukup lama sang empunya kebun mengajak kami ke dalam gua dan memulai penelusuran, bermodalkan 2 buah senter kamipun menerobos gelapnya gua, didalam gua riuh suara jutaan kelelawar menghantam gendang telinga, tak lama pak tua memberi kode senter kepada kami tuk menghampiri beliau, dia menunjuk kearah jalur baru, jalur yang belum kami temukan di penelusuran kedua.

kelelawar dalam gua pantai labuang campalagian
Kelelawar yang tinggal dalam gua di Pantai Labuang Campalagian (Foto : Ashari Sarmedi)
Mengikuti pak tua dari belakang, sesekali menyorotkan cahaya senter ke atap gua, memastikan tak Ada hal yang kami takutkan di atas sana, hal dalam rantai makanan, bila ada produsen pasti ada konsumen, ada banyak kelelawar sudah pasti mengundang ular sebagai pemangsanya, hal itulah yang kami takutkan.

ruang gua di pantai labuang Campalagian
Tampakan bagian dalam gua yang dipenuhi oleh kelelawar (Foto : Ashari Sarmedi)
berjalan menyusuri ruang-ruang dalam gua pantai labuang
berjalan menyusuri ruang-ruang dalam gua pantai labuang dengan atap gua dipenuhi kelelawar (Foto : Ashari Sarmedi)
Dengan setengah menunduk penelusuran kami lanjutkan, sesekali wajah kami harus di hantam kelelawar yang terbang berlawanan arah dengan kami, harus diakui jalur kali ini lebih ekstrim dibanding yang sebelumnya, belum jauh kami menelusur, baju kami sudah basah oleh kucuran keringat yang deras akibat pengap dan panas. Pada jarak sekitar 60 meter perjalanan kami memutuskan unuk keluar, karena alasan sudah kurangnya pasokan oksigen dalam ruangan gua yang semakin sempit, Bapak empunya kebun yang mengantar kami juga tampak mengalami sesak nafas, setelah menuju mulut gua untuk keluar rekan yang kami tunggu ternyata sudah menunggu diluar.  

Kontributor : Ashari Sarmedi


No comments:

Write a Comment


Top