, ,

    Bagi kalian yang sedang melakukan perjalanan darat dan melewati kawasan Somba, kec. Sendana, kab. Majene jangan lupa mampir di kawasan kulinernya,  tak ada salahnya jika singgah sejenak untuk mencicipi hidangan yang disebut tuing-tuing oleh warga lokal (ikan terbang) dan Jepa (menu sari singkong yang dipanggang), tentunya dengan "pecoq-pecoq" (sambal mentah) yang tak kalah pedasnya.

    kedai warung tuing-tuing somba sendana majene
    Menu hidangan ikan terbang (tuing-tuing) di Somba, kec. Sendana, kab. Majene (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)

    kedai warung tuing-tuing dan jepa di somba sendana majene
    Kedai/ warung ikan terbang (tuing-tuing) di Somba, kec. Sendana, kab. Majene (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)

    kedai warung tuing-tuing di somba sendana majene
    Ikan terbang (tuing-tuing) yang sudah diasapi di Somba, kec. Sendana, kab. Majene (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)

    Selain itu dikawasan ini hampir setiap warung dan kedai menjual cemilan/makanan ringan khas Mandar  

    Kontributor : Muhammad Putra Ardiansyah

    , ,

    Jangan disangka Gonda tidak Indah, ini buktinya, disini ada surga. Saat ini lokasi hutan bakau (mangrove) Gonda berada dibawah pengawasan para pemuda yang patut diacungi jempol, Ashari Sarmedi selaku ketua gerakan Sahabat Pesisir beserta member KDM Polman akan menjadikan lokasi ini menjadi destinasi wisata Hutan Mangrove Polman.


    hutan mangrove gonda campalagian
    Bagian pesisir pantai Gonda dengan pohon bakau yang rimbun (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)









    hutan mangrove gonda campalagian polewali mandar
    Pesisir pantai dusun Gonda, desa Laliko, kec. Campalagian, Polewali Mandar (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)

    hutan mangrove gonda campalagian polman
    Pesisir pantai dusun Gonda, desa Laliko, kec. Campalagian, Polewali Mandar (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)

    Hutan mangrove Gonda terletak di dusun Gonda, desa Laliko, kecamatan Campalagian, merupakan pantai dengan terumbu karang yang indah dan pesisir yang ditumbuhi bakau lebat.

    Kontributor : Muhammad Putra Ardiansyah

    , ,

    Trip dadakan yang saya buat sekitar jam 8 pagi tadi, hari ini Selasa, 23 Februari 2015 saya berjalan menelusuri Sungai yang berada di desa Kunyi', kec.Anreapi. Kab.Polewali Mandar, Sulawesi Barat bersama dengan kawan di Komunitas Penggiat Budaya dan Wisata Mandar.

    air terjun mini desa kunyi anrepi polman
    Add caption

    air terjun mini desa kunyi anrepi polewali mandar

    air terjun mini desa kunyi anrepi polewali mandar sulbar

    air terjun mini desa kunyi anrepi polewali mandar sulawesi barat

    air terjun mini kunyi anrepi polewali mandar sulawesi barat

    Kami tak tahu apa nama air terjun ini. lokasi nya tak jauh dari spot wisata Limbong Sitoqdoq, kami hanya berjalan mendaki di anakan sungai dan mendapatkan Air terjun ini.
     
    Kontributor : Muhammad Putra Ardiansyah

    ,


    Dia anak Mandar. Dalam dirinya mengalir deras darah petarung, darah penakluk lautan. Dia mendandani perahunya dengan penuh ketelitian, dengan sepenuh rasa keindahan yang dia punyai. Perahu baginya bukan lagi sekadar sarana penopang ekonomi keluarga sebab perahu telah menjadi bagian dari dirinya, dari jiwanya.

    anak mandar pendandani perahu
    Anak Mandar yang sedang pendandani perahunya (Foto : Silmi Djafar)
    Mendandani perahu biasa dilakoni oleh pemuda di suku Mandar, saat tak sedang melaut mereka mengecat kembali perahu-perahu mereka. Mewarnai dengan bakat melukis hanya bermodalkan sepotong kuas dan cat kayu.

    Kontributor : Silmi Djafar


    , ,

    Inilah kami para Petualang Muda KDM (Komunitas Penggiat Budaya dan Wisata Mandar) saat mendaki salah satu titik tertinggi di wilayah "Bukit Cinta" yang ada di Petoosang. kec. Alu, kab. Polewali Mandar. Di puncak bukit ini kita bisa melihat pemandangan indah kecamatan Alu, dengan aliran sungai Mandar yang terlihat jelas meliuk diantara bukit-bukit hijau.

    kompa dansa mandar di puncak bukit cinta kec. alu polewali mandar
    Kompa Dansa Mandar di puncak bukit cinta kec. alu polewali mandar (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)

    Member Kompa Dansa Mandar di puncak bukit Cinta dengan latar kampung Petoosang dari jauh (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)
    Diketinggian ini kami bisa melihat Sungai Mandar dan ampung kecil itu, iya itu Petoosang dari jauh. Untuk sampai kelokasi ini kita bisa mendaki sekitar 500 meter dengan kemiringan 70 derajat 

    Kontributor : Muhammad Putra Ardiansyah

    , , ,

    Hari ke 7 saya mengunjungi Sulawesi Barat, ini destinasi yang saya kunjungi berikutnya.  Tombang batu Siopaq, kawasan pegunungan yang ada di kelurahan Baruga Dhua, Kecamatan Banggae Timur, Kab. Majene.

    tombang batu siopaq baruga dhua banggae timur majene
    Tombang batu siopaq, Baruga Dhua Banggae Timur kab. Majene (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)
    perkebunan bawang tombang batu siopaq majene
    Perkebunan bawang di daerah Baruga Dhua, Majene (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)
    Tempat ini masih sangat jarang dikunjungi wisatawan lokal, pegunungan yang terletak di ketinggian 247 mdpl ini terdepat sebuah perkebunan bawang organik yang dibini oleh LSM setempat. Dari sini kita bisa melihat perairan majene  

    Kontributor : Muhammad Putra Ardiansyah

    , , , ,

    Saya memulai petualangan menjejaki bagian Kali Mamuju akhir pekan ini, bersama dengan beberapa rekan untuk menelusuri bagian hulu sungai Soqdo, sedikit lebih kedalam bagian sungai. Kami menelusuri bagian sungai dan bergerak ke arah hulu ke satu titik yang juga menarik untuk didatangi. 
    hulu sungai soqdo kali mamuju sulawesi barat
    Bagian hulu sungai soqdo kali mamuju sulawesi barat (Foto : Fahmir Ahmad)
     Bagian sungai ini adalah sisi lain dari sungai so'do, orang orang biasa menyebutnya Kali Mamuju, tempat ini berada sekitar kurang lebih 300 meter dari tempat yang sering dipadati oleh masyarakat. Akses jalan menuju bagian sungai Sodo ini terbilang cukup baik, dapat ditempuh dengan berjalan kaki, butuh beberapa menit untuk melakukan trekking, tentunya ke arah bagian pedalaman (hulu). Ada bagian hutan, kebun kakao, dan pohon durian yang akan kita lalui saat menuju bagian sungai Sodo ini.

    bagian hulu sungai soqdo kali mamuju
    Bagian hulu sungai Soqdo atau Kali Mamuju (Foto : Fahmira Ahmad)
    bagian hulu sungai soqdo kali mamuju sulbar
    Bagian hulu sungai soqdo, Kali Mamuju, Sulbar (Foto : Fahmira Ahmad) 
    Keadaannya sepi pengunjung, namun memiliki suasana yang sejuk. Bagian hulu sungai ini memiliki lokasi  untuk untuk berenang yang cukup luas, namun pada bagian sungai yang terletak ditengah tampak jelas kedalamannya, bagian tepinya masih cukup dangkal, dan tentu saja aman untuk jadi tempat mandi dan bermain air yang seru. 
    Bagian hulu sungai Soqdo dengan batu kali di tepiannya
    Bagian hulu sungai Soqdo dengan batu kali di tepiannya (Foto : Fahmira Ahmad)
    Ada yang menarik disini, saya sempat menemukan beberapa jenis kupu-kupu yang cantik, tapi karena keterbatasan kamera saya untuk memperbesar gambar saya tak bisa mengambil potretnya yang detail dan dari jarak dekat, yang jelas ini penanda kalau keadaan vegetasi sekitar sungai masih terjaga dan alami. Hari ini saya menutup pekan ketiga Februari dengan berkunjung ke tempat baru ini, semoga nanti saya bisa berkunjung lagi. 

    Kontributor : Fahmira Ahmad

    , , , ,

    Buttu Cinta, salah satu spot wisata yang banyak di kunjungi oleh pemuda khususnya masyarakat Petoosang.  Buttu ini terletak di kelurahan Petoosang, kecamatan Alu, Kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat, daerah pedalaman Polman yang berjarak sekitar  10 km dari kota kecamatan Tinambung atau arah jalan poros Polman-Majene. 

    pemandangan dari bukit cinta di kelurahan petoosang kec. Alu, Polewali Mandar
    Pmandangan dari bukit cinta di kelurahan petoosang kec. Alu, Polewali Mandar (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)

     Bukit cinta di kelurahan petoosang kec. Alu, Polewali Mandar
     Bukit cinta di kelurahan petoosang kec. Alu, Polewali Mandar (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)
    Dari  bukit kecil (buttu Cinta) ini kita dapat melihat daerah pemukiman penduduk Petoosang yang diliputi oleh pepohonan hijau, sangat indah dipandang mata, bentuk peradaban manusia ditengah-tengah sinergi alam. Kampung kecil Petoosang, memiliki view bukit yang mempesona, daerah ini layaknya dipeluk oleh gunung kecil, seolah dilindungi, lalu di sisi kejauhan meliuk aliran sungai yang populer dengan nama sungai Mandar, kumpulan beberapa aliran anak sungai yang berasal dari hulu sungai-sungai kecil di pedalaman kec. Alu. Lagi-lagi pesona Petoosang, Sulawesi Barat membuat saya harus menggeleng-gelengkan kepala.  

    Kontributor : Muhammad Putra Ardiansyah

    ,

    Sungai yang ada di Kelurahan Tasiu' Timur. Kec. Kalukku, Kab. Mamuju ini adalah sungai yang membentang luas membelah pegunungan yang ada di sekitarnya. Di sungai ini terdapat beberapa penambangan pasir yang menjadi sumber penghidupan masyarakat di sekitarnya. Warga setempat bekerja menambang pasir untuk digunakan sebagai salah satu material bangunan. Tak jarang juga dijumpai anak-anak kecil yang bermain dipinggiran sungai hanya untuk berenang atau sekedar menangkap ikan-ikan kecil.

    penambangan pasir di tasiu timur kalukku mamuju
    Proses penambangan pasir di Tasiu Timur, kec.Kalukku, kab. Mamuju (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)
    Proses penambangan pasir di Tasiu Timur, kec.Kalukku, kab. Mamuju (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)
    Penambang  pasir di Kalukku ini sudah menggunakan teknologi modern untuk menganbil pasir dari dasar sungai, tak lagi menggunakan sekop atau alat-alat tradisional dan manual, mereka menggunakan mesin yang mengisap pasir dan disaring di daratan, terdapat kawat penyaring yang dibuat dan berada tepat diujung mulut pipa pengisap, karena itu pasir yang telah diisap lewat mesin langsung disaring dengan kawat.

    kontributor kompa dansa mandar di kalukku
    Kontributor KOMPA DANSA MANDAR saat berada di sungai Tasiu Timur, Kalukku, kab. Mamuju (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)
    Sungai ini banyak memiliki batu dan air yang jernih, menjadi tempat bagi warga baik muda hingga orang tua menghabiskan waktu di bawah terik sinar matahari, mencari nafkah untuk keluarga mereka. 
    Kontributor : Muhammad Putra Ardiansyah

    , , , , ,

    Hari ke 3 di Sulawesi Barat, kali ini saya mengunjungi Pantai yang selama ini hanya bisa saya lihat di foto
    Yah, Pantai Dato' kabupaten Majene masuk dalam daftar tempat yang wajib saya kunjungi setelah hutan bakau di dusun Gonda, desa Laliko, kec. Campalagian. Saya merasa rugi selama 20 tahun tak pernah main ke pantai yang indah ini.

    pesisir pantai dato majene yang berpasir putih
    Pesisir pantai dato Majene yang berpasir putih (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)

    tebing karang di pantai dato majene sulawesi barat
    Tebing karang di pantai Dato, Majene, Sulawesi Barat (Foto : Muhammad Putra Ardiansyah)

    Pantai ini pernah di liput oleh stasiun TV di Makassar, Sulawesi Selatan "FAJAR TV". Menurut informasi tanah di sekitar pantai  masih milik warga setempat, pemerintah daerah kabupaten Majene kabarnya  pernah bernegoisasi dengan warga untuk merevitalisasi pantai ini, tapi hasilnya nihil, kini sepi dari kunjungan dan bisa dikatakan tak dimanfaatkan. Sangat disayangkan, padahal potensinya cukup baik, pesisir pantainya indah, dan saya sempat snorkling disini, airnya jernih dan karang besarnya banyak.

    Di perairan pantai Dato jika sempat snorkling, jika beruntung kita bisa bertemu dengan penyu, makhluk purba yang menyukai daerah perairan Pantai Dato, lalu menurut informasi seorang petualang Uwais Al Qarni" yang pernah menjelajahi Dato hingga Barane ada 'Whale Shark' (Hiu Paus) yang hidup di sekitar perairan ini. 

    Kontributor : Muhammad Putra Ardiansyah 

    , ,

    Sakinah namanya, kelas 6 SD, tinggal di Kampung Suruang, Kec. Campalagian, Kab. Polman, Sulawesi Barat. Sulung dari dua bersaudara ini baru saja pulang dari sekolah ketika saya menjumpainya sedang membenahi benang-benang sutera yang akan ditenun menjadi sarung sutera mandar. Adik Sakinah tepatnya tinggal di kampung dekat lapangan, anak dari bapak-ibu Hadi dan Hardi. Saya takjub, anak seusia dia sudah demikian mahir menenun. Lihatlah betapa tangannya yang mungil itu lincah menyusupkan benang lalu menghentak-hentakkan bilah papan penguat. Atau apakah anak seusia dia di Mandar hal itu sudah lumrah? Entahlah. Belum sempat saya mencari tahu tentang itu. Apapun, yang pasti segera melintas rasa girang bahwa warisan budaya tanah Mandar itu insya Allah tidak akan punah. 

    Sakinah menggulung benang untuk bahan menenun sarung sutera Mandar
    Sakinah menggulung benang untuk bahan menenun sarung sutera Mandar (Foto : Silmi Djafar)
    Sakinah menggulung benang untuk menenun sarung sutera MandarSakinah menggulung benang untuk menenun sarung sutera Mandar
    Sakinah menggulung benang untuk menenun sarung sutera Mandar (Foto : Silmi Djafar)
    Sakinah sebelum menenun sarung sutera Mandar
    Sakinah sebelum menenun sarung sutera Mandar (Foto : Silmi Djafar)
    Sakinah saat menenung sarun sutera Mandar
    Sakinah saat menenung sarun sutera Mandar (Foto : Silmi Djafar)
    Mudah-mudahan saya salah, bahwa tadinya ada semacam rasa cemas sarung sutera kebanggaan orang Mandar itu sebentar lagi bakal tersisih karena agaknya tak ada upaya yang cukup dari pihak-pihak yang berkompeten untuk mengembalikan marwah sarung itu seperti masa-masa lampau. Dalam amatan subjektif dan sekilas saya, sarung ini gaungnya kini tak senyaring kain-kain tenun dari daerah lain pada level nasional bahkan regional Sulsel. Saya ingat cerita ibu, konon dulu bangsawan Minang tak merasa lengkap jika tak mempunyai sutera mandar. Masihkah sekarang? Sekali lagi, mudah-mudahan saya salah!

    Di tengah tugas utamanya belajar, Sakinah dapat menyelesaikan selembar sarung dalam seminggu. Sarung-sarung yang ditenunnya adalah sarung pesanan. Upahnya tak tentu. Wajah ibunya tak mengguratkan kesan sedih ketika mengutarakan itu.

    Kontributor : Silmi Djafar


Top