Salah satu pesan dari Pulau Landea adalah tempat yang cocok untuk snorkeling. Keindahan bawah laut menjadi bagian dari karakteristik pulau ini, walaupun hanya ada sekian persen terumbu karang yang dapat ditemukan di bagian tepiannya. Kerusakan terumbu akibat jejak aktivitas pemboman ikan menjadi penyebab mengapa Landea tak sebaik yang dahulu. Hal yang menarik adalah pulau ini dikelilingi bebatuan tepat di tepinya, pantai dengan pasir yang landai sulit Anda temukan disni.

 Untuk foto selfie kedua pulau ini rekomended untuk diabadikan, Landea lebih alami, karena tak ada manusia yang tinggal disana, pulau ini tak dihuni, salah satu penyebabnya adalah tak ada sumber air tawar yang ada dsini, jadilah Pulau Landea bebas dari jejak manusia sehingga ia lebih bersih. hanya ada sampah jenis organik berupa daun-daunan, tak ada limbah plastik seperti yang ditemukan di Pulau Battoa, pun jika ada maka, sampah plastik tersebut adalah kiriman arus yang membawa sampah ke tepian pulau. 

Bagian tengah pulau Landea hanya ditumbuhi pepohonan rimbun secara merata, menyisakan bagian tepi batuan. Hampir sekeliling pulau pohon-pohon ini menutupi pulau, sehingga jika Anda mengitari pulau dengan perahu, maka bagin tengah pulau tak akan dapat dilihat secara langsung.

Lain lagi di Pulau Battoa, ia menjadi pulau terbesar. Sesuai dengan namanya, Battoa (Besar). Banyak hal yang dapat di temukan disini. Populasi nelayan Mandar dan penduduk juga paling besar ada disini, dengan fasilitas air bersih dan listrik yang dinikmati berasal dari suplai di kota Polewali. Pipa air dibenamkan di dasar laut dan disalurkan melalui rumah-rumah warga, sementara aliran listrik dibentangkan diatas permukaan laut dengan tiang menjulang tinggi (tampak saat melintasi jalur menuju Pulau Battoa)

Yang menjadi pusat perhatian pribadi saya adalah sentra makan besar untuk makanan laut seperti ikan karang, dan kerang pesisir. Menu andalan yang dapat Ana jadikan target kuliner adalah "sate kerang". 

Kontributor :

Foto : Askar Al Qadri

Teks : Askar Al Qadri