Komunitas Penggiat Budaya Dan Wisata Mandar - Promosi Budaya, Sejarah, dan Wisata Mandar, Sulawesi Barat
Seni
Gesoq-gesoq adalah instrumen tradisional Mandar yang keberadaannya sudah sangat jarang, karena itu saya berinisiatif melestarikan alat musik yang sudah cukup sulit kita temukan dipentaskan ini, semoga apa yang saya lakukan berhasil menjadikan generasi muda sadar akan kekayaan seni tradisional Mandar.
Gesoq Gesoq, instrumen musik tradisional Mandar, Sulawesi Barat (Foto : Azhari) |
Di daerah Makassar, Sulawesi Selatan alat musik tradisional ini dikenal dengan nama "Sinrilik", sementara orang-orang Bugis menyebutnya dengan istilah "Keso-Keso", perbedaan antara ketiganya adalah alat musik Gesoq-Gesoq agak panjang dibandingkan dengan yang dimiliki Makassar dan Bugis.
Alat musik ini berasal dari negeri Cina, dan dimainkan oleh masyarakat lokal Indonesia, di Sumatera alat musik ini dikenal dengan nama "Rebab"
Kontributor : Azhari
Kuliner
Pallu butung, memang tak lengkap tanpa sirup DHT dimakan hangat-hangat atau dingin akan beda sensasinya saya lebih suka menyantapnya hangat-hangat, waktunya di sore atau pagi hari untuk hari-hari biasa, namun jika saat Ramadhan tiba, akan sangat nikmat menjadi menu buka puasa, Hidangan ini mudah ditemukan di daerah Sulawesi Selatan dan Barat, di Sulbar sendiri kadang dijadikan menu untuk berbuka puasa oleh keluarga, masih berkerabat dekat dengan menu pisang ijo yang juga menggunakan saos kental dengan bahan yang hampir sama.
Pallu Butung, kuliner yang menjadi menu buka puasa di daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Foto : Hijranah) |
Pallu Butung memiliki kandungan vitamin, mineral dan gula dalam pisang sebagai bahan utamnya, da sangat baik untuk memulihkan tenaga setelah seharian berpuasa. Kandungan serat dalam buah pisang pun baik bagi pencernaan, sehingga keluhan sembelit yang biasanya dikeluhkan di bulan puasa bisa hilang, sembelit menjadi keluhan karena orang-orang biasanya pada saat berbuka dan sahur lebih memilih makanan yang kurang serat,
Banggae, Lingkungan, Majene
Lembang Sitodzong Mangge, kel. Totoli kec. Banggae kini hanya tinggal kenangan, sejak pemerintah menyulapnya menjadi bendungan untuk kemudian dialirkan ke kota sebagai sumber mata air yg dikelola oleh PDAM, kini debit airnya sudah semakin sedikit, sudah nyaris kering, tampaknya tak ada usaha pemerintah untuk melakukan usaha penghijauan di sekitar hulu sungai.
Lembang Sitodzong Mangge yang terletak di kel. Totoli, kec. Banggae, kab. Majene |
Majene memang selama beberapa waktu dikenal sebagai daerah yang memiliki sumber air minim, beberapa kali krisis air terjadi di pusat kota kabupaten, namun setelah aliran air dari Mangge di gunakan dan didukung juga sumber air dari Puawang, barulah kemudian PDAM kota kabupaten Majene memperoleh suplai air yang aman untuk kebutuhan masyarakat kabupaten.
Lembang Sitodzong Mangge mengalami pengurangan debit air kemungkinan adalah karena tak hijaunya vegetasi di hulu sungai, hal ini juga disebabkan secara umum oleh perubahan iklim yang berlangsung secara global, di wilayah kab, Majene terdapat sumber-sumber aliran air yang dulunya deras, kini berkurang drastis, hal yang sama seperti di Puawang dan di Somba, kec. Sendana, aliran-aliran air sungai mengering dan hanya menyisakan sedikit air sungai yang mengalir, lalu apakah lingkungan kita telah memasuki masa awal kerusakan, atau telah sampai pada puncak degradasi lingkungan?
Kontributor : Muhammad Dardi
Budaya, Budaya Mandar, Foto Budaya
Beginilah kegiatan saya bersama keponakan yang ganteng, ketika awal memasuki bulan Ramadhan, kami sekeluarga berramai ramai membakar beberapa Solung atau Palla-Pallang, ini adalah lilin yang terbuat dari bahan kemiri, kami membakarnya di depan rumah masing-masing setelah magrib jelang malam awal bulan Ramadhan
Mengapa membakar Solung atau Palla-Pallang ? menurut penuturan orang tua kami, ketika membakar lilin ini di sekeliling rumah, hingga dalam rumah(disimpan di tempat yang tidak memiliki cahaya) diyakini dan dipercaya datang mengundang malaikat pembawa keberkahan dalam rumah, karena umumnya malaikat suka cahaya yang terang benderang. Ini sebuah tradisi yang tidak dapat di hilangkan dari kampung kami tercinta.
Tradisi membakar Solung atau Palla-Pallang di suku Mandar jelang bulan Ramadhan (Foto : Anchye Nurdin) |
Perlu kita ketahui solung atau palla-pallang digunakan untuk menyinari sebagai pelita dikala gelap dan umumnya di gunakan juga di tempat sakral seperti pada pernikahan kaum laki laki mandar, dirumah calon mempelai wanita.
Adapun cara membuat solung atau palla-pallang ini tak yaitu dari buah kemiri yang ditumbuk bercampur kapas, setelah itu ketika halus di remas perlahan, kemudian direkatkan pada bilah bambu yang tipis
Kontributor : Anchye Nurdin
Budaya, Kecantikan, Mandar
Satu hal yang membuat saya kangen dan rindu dengan tanah Mandar adalah saat jauh, saya selalu teringat kebiasaan bersama nenek untuik merawat tubuh. Cara sederhana perempuan Mandar merawat tubuh adalah dengan menggunakan lulur (piroros) berwarna hitam. Menurut penuturan nenek, lulur ini digunakan oleh gadis di suku Mandar, Sulawesi Barat dari dulu sampai sekarang untuk merawat kulit mereka.
Lulur hitam (piroros malotong) digunakan saat mandi karena memang lulur ini dipercaya dan diyakini memiliki khasita dan manfaat yang brilian untuk membuat permukaan kulit menjadi halus, mulus, dan bersih, ini juga membuat kulit putih tampak kinclong.
Untuk menggunakan lulur hitam ini tidak butuh waktu lama, cukup oleskan pada seluruh badan dan bisa jua digunakan untuk perawatan wajah.
Lulur hitam terbuat dari beras yang disangrai terlebih dahulu seperti pengolahan biji kopi saat disangrai. Beras ini disangrai hingga berwarna hitam kecoklatan, setelah itu dicampurkan dengan air dan bunga (dapat ditemukan dengan mudah di pasar tradisional campuran aneka daun-daunan). Lulur hitam memiliki bau yang sedikit aneh, tetapi menurut beberapa orang bagus untuk perawatan kulit.
Selain lulur hitam untuk mandi juga dikenal lulur putih (piroros mapute), lulur putih juga dibuat dengan terlebih dahulu disangrai lalu dihaluskan dengan cara ditumbuk.
Kontributor : Anchye Nurdin
Binuang, Budaya, Budaya Mandar, Foto Budaya, Polewali Mandar
"Pakkottau/Paqmaccaq"
Kottau dan Maccaq adalah seni beladiri yang dapat ditemukan di wilayah
Mandar, Sulawesi Barat, merupakan seni untuk mempertahankan diri yang
dipertunjukkan untuk tujuan menghibur, biasanya dapat kita lihat dalam
acara syukuran , khataman, akikahan, dan acara pernikahan. Ini adalah
seni pertarungan dan duel antara dua orang yang menggunakan jurus
tertentu dan diiringi dengan tabuhan gendang.
Pertunjukan seni beladiri tradisi ini biasa dilakoni oleh kaum lelaki di Sulawesi Barat yang mempelajari seni ini, biasanya di sela-sela acara atau kenduri maka pertunjukan ini bisa disaksikan, akan ada para masyarakat sekitar yang menyaksikan pertunjukan, dan pasti ada dua orang yang berduel, mungkin bisa dikatakan bermain silat tradisional. Kedua orang biasanya mengenakan pakaian biasa dengan songkok hitam dan sarung yang dililitkan di pinggang, lalu akan ada penabuh gendang beserta gong yang mengiringi pertarungan.
Pakkottau/Pamaccaq di Buttu Teneng, Binuang, kab. Polewali Mandar (Foto : Ijhal Marrannuang) |
Pertarungan yang dilakukan tentu saja dengan jurus-jurus silat tertentu, ragam perguruan silat kampung yang menjadi sumber belajar para pemain seni tradisi ini, ada yang sifatnya dibuka untuk umum adapula yag cenderung tertutup, jenis-jenis jurusnya juga sama, hal yang kontras adalah antara kottau dan maccaq, dimana kedua aliran seni beladiri ini cukup berbeda.
Permainan seni tradisi ini, lestrai terutama di wilayah pesisir, namun di Binuang utamanya di wilayah pesisir Amassangan juga masih bisa disaksikan. Kaum pemuda yang telah mempelajari teknik seni beladiri ini akan menunjukkan kepiawaiannya bermain silat dan saling menyerang dan bertahan secara bergantian, tampak sederhana, namun sebenarnya punya manfaat yang sangat baik, manfaat utamanya adalah menambah kebugaran, membakar kalori, sambil mengolah tubuh dan fisik, serta hal yang paling utama adalah menjaga tradisi yang telah diwariskan oleh para leluhur pendahulu.
Pakkottau Pamaccaq Di Binuang, kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Foto : Ijhal Marrannuang) |
Terdapat satu wilayah di kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat yaitu di Buttu Te'neng (Binuang II) Kel. Amassangan Kec. Binuang. Sisa-sisa serpihan generasi Mandar yang ada diwilayah ini masih melestarikan apa yang mereka peroleh dari generasi sebelumnya, mencoba kembali menemukan apa yang diajarkan pendahulunya secara turun temurun. Mereka adalah keluarga Mandar Majene yang kini hidup di kec. Binuang.
Kontributor : Ijhal Marrannuang
Wisata Polewali Mandar
Menelisik sebuah tempat
wisata di kabupaten Polewali Mandar di kelurahan Petoosang kec. Alu, kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ada sebuah tempat wisata yang indah dan patut di
kunjungi oleh para pelancong. Tempat ini dinamakan "Lembang Undu" memiliki tujuh tingkat air terjun, memang tempatnya cukup
jauh dari desa dan membutuhkan tenaga yang ekstra untuk sampai ke lokasi
tersebut, harus menempuh jalan yang pnuh dengan tantangan, tepatnya menyeberang 8 sungai kecil yang berbatu, hingga kemudian sampai ke lokasi permandian alami ini.
Aliran sungai dari Permandian Lembang Undu di kec. Alu, kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Foto : Arie) |
Jika anda sampai ke tingkat pertama maka anda pasti akan tercengang, betapa alaminya kondisi permandian. Namun jangan puas sampai di tingkat pertama, jelajahilah selanjutnya tingkat kedua hingga ke tingkat ketujuhnya, ada view yang berbeda dari tiap tingkatannya yang dapat anda nikmati.
Member KDM Polman dan Majene saat berada di Lembang Undu, kec. Alu, Kab. Polewali Mandar (Foto : Arie) |
Di tingkat air terjun yang kedua anda akan disuguhi pemandangan tebing tingi solid dari batu, terdapat rerumputan yang menghijau, lalu ditengahnya terletak air terjun yang luas, bentuknya cekung dibentuk oleh tebing batu, lalu didasarnya terdapat sebuah kolam dan dapat digunakan untuk berenang karena kedalamannya yang cukup untuk dijadikan tempat berenang. Anda dijamin puas ketika berkunjung ke lembang undu, ketika berkunjung kesana, saya selalu saja ingin kembali.
Kontributor : Anchye Nurdin
Komunitas
Awal masuk ke KDM saya
sangat bangga, ya bangga dengan predikat member yang saya miliki bahkan
sebagai koordinator wilayah, bangga bisa dikenal dan kenal banyak
sahabat bahkan orang-orang besar seperti Ridwan Alimuddin, dan yang lainnya, bangga bisa
mengenal orang-orang yang berfikir hebat dan kreatif serta perduli. Tidak dapat saya pungkiri saya sampai saat ini bangga masih menjadi member KDM, bahkan memakai baju KDM saja saya sering merasa membusungkan dada
seolah ingin terlihat jelas bahwa saya adalah seorang KDMers.
Member Kompa Dansa Mandar (KDM) di depan gerbang Poralle Salabose kab. Majene (Foto : Pusvawirna Natalia Muchtar) |
Dulu, acara kumpul-kumpul yang diistilahkan kopdar (kopi darat) menjadi acara
rutin untuk anak-anakKDM sekedar mengupas cerita tentang yang akan dilakukan
atau yang telah dilakukan, ceritanya ringan tapi membawa senyum diantara
teman-teman. Tak cuma tiap wilayah kabupaten, bahkan sampe lintas kabupaten pun
kami kopdar meskipun waktu dan tempat tidak mendukung kami atau mereka yang berdomisili
jauh, namun karena semangat empat lima yang membara rintangan itu seolah tidak
pernah ada, selalu saja ada kopdar yag sampai-sampai membuat kami seperti
saudara, selain kopdar ada yang namanya trip, disini tak cuman
buat anak-anak KDM, yang mau ikut tetap terbuka pintu lebar untuk mereka,
disini yang paling saya senangi karena bisa membuat saya menulis tentang
perjalanan, kesan dalam perjalanan yg dilalui saat trip serta gambaran
lokasi tempat trip,
Ada satu lagi, namanya radio streaming Kompa Dansa Mandar. ini puncak hubungan antar member terjalin begitu kuat, posting dan komentar-komentar di KDM tak kalah menarik dan juga di website resmi KDM, senang rasanya mengingatnya, dan sekarang?kopdar?, trip?, radio?, dan banyak yang saya rasakan telah melangkah mundur
dari kebiasaan KDM, yang mungkin bertahan hanya di wilayah Mamuju dan Makassar, saya hanya menulis tentang harapan saya disini, saya senang KDM yang dulu (bukan berarti sekarang tidak), saya merindukan KDM yang dulu, semoga ada waktu bs bertemu dengan kalian lagi.
Kontributor : Nasbi
Berita, Budaya, Foto Budaya, Polewali Mandar
Orkes Todioloq, kelompok musik tradisional yang tampil dalam acara hari Lansia Nasional (HLUN) Hari Lanjut Usia Nasional yang diselenggarakan oleh yayasan YAUMI HMT Lapeo Sulawesi Barat di halte nelayan di Lapeo, kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat. HLUN diperingati setiap tanggal 29 Mei setiap tahunnya. Tahun ini orkes todioloq hadir menunjukkan kepiawaiannya menggunaan paduan alat musik tradisional, mereka didominasi oleh pemain musik lansia. Ini adalah kelompok musik tua yang telah berdiri semenjak tahun 1981 binaan pak Sudirman dan di gagas oleh Alm. Suwani Parolai Sudirman.
Orkes Tradisional Polewali Mandar (Foto : Rahmien Mahrul) |
Alat musik yang di gunakan antara lain gong, ganrang, basing-basing, sattung, calong, kulung-kulung, gero dan sia-sia. alat musik yang di gunakan masih sangat alami kebanyakan terbuat dari bambu.
Orkes Todioloq Polewali Mandar (Foto : Rahmien Mahrul) |
Saya sempat berbincang-bincang dengan salah satu pemain kelompok musik ini, beliau menjelaskan bahwa pernah
ada bantuan alat musik dari pemerintah akan tetapi mereka menolak
dengan alasan "kalau kami menerima bantuan tersebut, maka alat kami sudah tidak tradisional lagi, dan akan hilang" mendengar ungkapan beliau, saya sempat berkaca-kaca mereka begitu
menjaga tradisi dalam modernisasi yang semakin pesat.
Kontributor : Rahmien Mahrul
Wisata Mamuju
Apa yang menarik untuk diburu di Tanjung Losa Mamuju? tak lain tak bukan adalah pesona dan keindahan senjanya, daerah ini menghadap langsung ke arah barat tempat jatuhnya matahari setiap hari, sehingga ia menjadi tempat terbaik untuk mendokumentasikan matahari yang menghilang di garis cakrawala.
Senja Tanjung Losa Mamuju (Foto : Zulkifli Muhammad Siddiq) |
Saat beberapa waktu yang lalu mengunjungi Tanjung Losa, kami sempat mendokumentasikan beberapa foto-foto senja yang kami lihat, hanya saja sayang, telat mendokumentasi bulatan matahari yang jatuh. Objek menarik lain yang ada di Tanjug Losa adalah adanya bakau yang jadi penambah kekuatan foto-foto senja, ini banyak digunakan oleh fotografer profesional saat mereka merekam sunset dan menggabungkannya dengan objek mangrove yang punya kesan kuat.
Bias Senja di Tanjung Losa Mamuju (Foto : Zulkifli Muhammad Siddiq) |
Namun jika ingin mendapatkan foto-foto yang menarik tidak hanya dengan menunggu bulatan matahari yang jatuh, foto bias senja dengan warna jingga keemasan juga bisa direkam dengan baik di Tanjung Losa
Kontributor : Zulkifli Muhammad Siddiq
Wisata, Wisata Mamuju
KDM Mamuju sudah mendokumentasikan perjalanan mereka di tempat ini, berkat dokumentasi tulisan teman-teman akhirnya kami dan tim bisa juga menikmati keindahan tanjung losa, spot berburu foto-foto landscape terbaik di kabupaten Mamuju. Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh rekan-rekan di Komunitas Penggiat Budaya Dan Wisata Mandar yang telah memberikan informasi pengantar mengenai keindahan tempat ini.
Tanjung Losa Mamuju (Foto : Zulkifli Muhammad Siddiq) |
Tanjung losa tempat yang indah, sangat tepat dijadikan lokasi untuk
berburu foto-foto cantik, ada banyak objek yang bisa kita masukkan
kedalam bingkai foto kita, bakau, awan, laut, langit yang biru, bukit,
serta pepohonan yang rimbun. Pesona sunset dengan latar bakau adalah yang paling sering didokumentasikan di tempat ini, ada keindahan bulatan matahari yang kadang sempurna jatuh di sisi barat.
Tanjung Losa Mamuju Sulbar (Foto : Zulkifli Muhammad Siddiq) |
Letak Tanjung losa yang berada di kabupaten Mamuju ini letaknya
jauh dari pusat kota namun inilah yang membuatnya masih tetap alami,
jarang tersentuh oleh aktivitas manusia bahkan oleh para pelancong.
Tanjung Losa Mamuju Sulawesi Barat (Foto : Zulkifli Muhammad Siddiq) |
Untuk menuju Tanjung Losa anda dapat mengambil jalan mengikuti jalur menuju kantor Gubernur Sulawesi Barat mengikuti jalan hingga akses jalan berhenti atau mentok, waktu tempuh dari kota Mamuju sekitar 45 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor, sebaiknya anda menggunakan kendaraan beroda dua untuk menuju Tanjung Losa, karena jalan yang masih belum sepenuhnya baik.Hindari menggunakan kendaraan beroda empat, ada sisi jalan sempit yang masih sulit dilalui, pun permukaan jalan masih berupa batuan yang sangat kasar.
Kontributor : Zulkifli Muhammad Siddiq
Tulisan Paling Banyak Dibaca
-
Pantai Lapeo, kec. Campalagian kab. Polewali Mandar pilihan lain daerah tujuan wisata saat berkunjung ke kec. Campalagian, lokasinya tak ...
-
Ditengah gencarnya produk lem modern. Masyarakat suku Mandar memiliki lem yang bersumber dari alam yakni lem yang muncul dari getah pohon...
-
Ritus siklus kehidupan manusia adalah hal yang menarik untuk disaksikan di suku Mandar, Sulawesi Barat, ada banyak ritual yang harus dilewa...
-
Bulo, adalah salah satu daerah yang ada di Kabupaten Polewali Mandar, merupakan kecamatan termuda yang dimiliki oleh kabupaten yang dulu be...
-
Sebut saja ini zi arah tradisi maritim (urgensi museum), yang saya lakukan ke kediaman sang legenda, Kapten Pahlawan Laut di Museum TNI A...
-
Panorama pantai yang hening menggoda, berlatar belakang perbukitan yang menjulang anggun, seolah menghadirkan kesan yang teduh. Tempat yan...
-
Berbagi cerita beberapa hari yang lalu saya mengikuti kegiatan membantu tetangga "Mallele boyang" (mengangkat dan memindahkan r...
-
Pengembangan wisata adalah mutlak membutuhkan fasilitas akomodasi, jika anda berada di kab. Majene provinsi Sulawesi Barat, dan ingin meman...
-
Salah satu teknik olahan kuliner yang memegang prinsip "dibuang sayang" adalah dengan melakukan rekondisi pada sisa makanan, deka...
-
Buku Puang dan Daeng, Sistem Nilai Budaya Orang Balanipa Mandar, buku budaya yang merekam dengan baik nilai-nilai dan status sosi...
Labels
Air Terjun
Akomodasi
Alu
Anreapi
Aralle
Arsitektur
Artikel
Banggae
Banggae Timur
Batetangnga
Berita
Binuang
Budaya
Budaya Mandar
Budong-Budong
Bukit
Buku
Bulo
Campalagian
Caving
Figur
Foto
Foto Budaya
Foto Sejarah
Foto Wisata
Gasing
Goa
Gua
Hotel
Kalukku
Kalumpang
Kanang
Karya
Kecantikan
Kegiatan
Kerajaan Binuang
Komunitas
Kuliner
Limboro
Lingkungan
Literasi
Lomba
Luyo
Majene
Makam
Makassar
Malunda
Mamasa
Mambi
Mampie
Mamuju
Mamuju Tengah
Mamuju Utara
Mandar
Obje
Objek Wisata
Opini
Pamboang
Pantai
Pantai Sulbar
Pattae
Penja
Permainan Tradisional
Polewali Mandar
Rebana Mandar
Refleksi
Sandeq
Sandeq Race
Sejarah
Sendana
Seni
Senja
Situs Sejarah
Sulawesi Barat
Sungai
Sungai Mandar
Sutera Mandar
Tapalang
Tapango
Tappalang Barat
Tarian Mandar
Teater
Teluk Mandar
Tinambung
Tokoh
Trip
Tubo Sendana
Ulumanda
Video
Wisata
Wisata Majene
Wisata Mamasa
Wisata Mamuju
Wisata Mamuju Tengah
Wisata Mamuju Utara
Wisata Polewali Mandar
Wisata Polman
Wisma Penginapan
Wonomulyo