Agresi Arung Palakka Terhadap Mandar Pasca Perjanjian Bungaya
Posted by Kompa Dansa Mandar on Tuesday, 6 May 2014 |
Sejarah
Pasca perjanjian Bungaya, Aru Palakka lalu mengirim 4 orang utusan ke
Mandar dengan maksud menyampaikan bahwa, "karaeng telah kalah. Jangan
kita berperang. Bagaimana ketentuanmu di Karaeng, begitu pula di Bone."
Lalu Maraqdia Tomatindo Di Langgana menjawab, "Telah kudengar perkataan
Bone, namun saya belum mau mengikut sebelum datang panggilan dari
Karaeng sendiri." Jawaban dari maraqdia tentu sama saja telah
mengabaikan poin perjanjian bungaya yang berbunyi, "Gowa
melepaskan pengaruhnya terhadap kerajaan di sekitarnya."
 |
agresi arung palakka ke negeri mandar (ilustrasi) |
Singkat
cerita, diambillah keputusan untuk menyerang Mandar yang cuek. Penyerangan pertama dibakarlah Soreang yang kemudian berganti nama
menjadi Kandeapi. Musim hujan tiba, Bone mudik. Musim kemarau datang
lagi menyerang hingga Samasundu - Napo. Setelah hampir ditombak oleh
Daeng Rioso, barulah Aru Palakka mea'manu-manus (menghanyutkan diri) meminta orang Gowa untuk
memperlihatkan diri. Tentu saja para Mandar heran dan mengutus
Pappuangang Biring Lembang menemui orang Gowa dan berkata, "Mengapa Gowa
datang? Kami berperang karna musuhnya karaeng. Kami tidak ada.
Persengketaan dengan Bone." Lalu orang Gowa menjawab, "...... Semua
orang makassar yang ada di negerimu, jual-lah untuk membeli peluru dan
senjata. Nanti habis orang Makassar di negerimu, baru kamu jual orang Mandarmu! Alangkah marahnya Aru Palakka karna tidak sanggup mengalahkan
Mandar. Nanti 50 malam barulah orang Bone mundur.
Kisah di atas
lagi-lagi sebagai bukti bahwa: perjanjian Bungaya tidak memiliki pengaruh, Mandar tidak mengenal siapa Belanda, bahkan kerajaan Gowa-Bone tetap memiliki batasan
untuk mengatur kerajaan lain. Meminjam bahasa anggota hadat Balanipa,
"Odi adaq odi biasa."
Kiriman : Ibnu Masyis
No comments: