Ragam Penyebutan Dalam Tata Bahasa Mandar Karangan Abdul Muthalib

Dahulu ada banyak karangan atau tulisan dan buku-buku seputar bahasa Mandar, saat ini tak ada lagi buku baru yang dipublikasi dan berkaitan dengan bahasa lokal penyusun bahasa utama di Sulawesi Barat. Tokoh Abdul Muthalib, tokoh penulis dan periset Mandar yang menjadi peletak dasar Kamus Bahasa Mandar mungkin adalah penulis yang paling banyak mempublikasi karangan seputar penelitian dan akidah penggunaan bahasa Mandar, selain beberapa budayawan dan penulis lokal yang biasa menulis soal bahasa Mandar.

buku tata bahasa mandar
Sampul depan tulisan Tata Bahasa Mandar karangan Abdul Muthalib dkk (Foto : Sugiarto)
Ini ditulis bersama 3 penulis lainnya yaitu Muhammad Sikki, Adnan Usmar, dan J. S. Sande. Ragam aturan dan hasil penelitian disajikan dalam tulisan ini. Salah satu dari tulisan Abdul Mutalib yang menarik adalah ragamnya penyebutan untuk satu benda dengan letak geografis yang berbeda. Dari sumber tulisan ini terdapat 4 dialek yang digunakan dalam bahasa Mandar diantaranya yaitu dialek Balanipa, dialek Majene, dialek Pamboang, dan dialek Sendana.

Misalnya saja untuk buah pisang dalam bahasa Indonesia dialek Balanipa dsebut loka dalam dialek Majene loka, dialek Pamboang Lujo, dalam dialek Sendana loju. 

Jika melihat cakupan wilayah, dari Paku sampai Suremana, istilah pisang saja dewasa ini akan sangat beragam, jika keluar dari apa yang disajikan oleh buku ini, misalnya saja pisang di daerah Campalagian disebut "Lijo" yang wilayah Campalagian akan dipengaruhi oleh bahasa Koneq-Koneq, sementara di wilayah kec. Tapango pisang disebut "Putti". Ada begitu banyak bahasa lokal yang akan berpengaruh dalam wilayah Mandar secara geografi. 

Kontributor :
Teks : Sugiarto, Muhammad Tom Andari
Foto : Sugiarto


No comments:

Write a Comment


Top