Roppo (Rumpon) Tinggalan Budaya Bahari Indigen Suku Mandar

Roppo atau yang dikenali dengan nama Rumpon, adalah tinggalan budaya bahari original suku Mandar, alat tangkap ikan tradisional yang jadi jejak kebesaran orang-orang Mandar dalam memburu ikan di laut lepas. Teknologi  roppo adalah metode penangkapan ikan yang ramah terhadap lingkungan yang saat ini dikenal luas di beberapa negara. 


Roppo dikenal sebagai alat tangkap ikan yang pertama kali dikembangkan oleh suku Mandar. Disebutkan dalam buku "Orang Mandar Orang Laut : Kebudayaan Bahari Mandar mengarungi gelombang perubahan zaman" karya Muhammad Ridwan Alimuddin bahwa roppo berkembang sebagai jalan atas kesulitan tanah pertanian yang subur yang dimiliki suku Mandar, hal ini yang kemudian mendorong orang-orang suku Mandar mencoba peruntungan dengan mengais rezeki dari berkah di laut, menangkap ikan di hadapan laut dengan kedalaman dari 100 meter hingga 2000 meter. 

Teknologi Roppo kini banyak ditemukan di sepanjang perairan kepulauan Sulawesi, ada ragam aturan menarik tentang Roppo yang menjadi aturan tak tertulis diantara nelayan-nelayan Mandar, diantaranya jarak Roppo tidak boleh terlalu dekat karena potensi saling kait yang dimiliki bagian roppo yang ada didasar, pun jika saling terkait maka pemilik roppo pertama diberi hak istimewa untuk menentukan, pemasang roppo pertama punya hak menentukan pemasangan roppo berikutnya, serta boleh memanfaatkan roppo nelayan lain untuk singgah, atau mengambil ikan dalam jumlah kecil atau sebelumnya dengan izin pemilik roppo dan atau memberi hasil tangkapan ikan ke pemilik Roppo.

Teknologi roppo juga dikenali di Banggae, kabupaten Majene, Sulawesi Barat. nelayan di sepanjang Pantai Pacitan (Pangali-ali, Cilallang, dan Tanangan) adalah pelaku dan pembuat teknologi penangkapan sederhana ini. Seperti yang ditunjukkan oleh dokumentasi pembuatan roppo dibawah ini. Roppo dibuat dari tautan bambu mirip rakit yang nantinya akan diapungkan dilaut lepas Banggae.


Dasar roppo biasanya digunakan jalinan batu sebagai jangkar yang akan menahan agar roppo tidak hanyut.  Batu diambil di daerah Kalasa, lokasi tambang batu di Majene yang terletak di daerah Mangge Kel. Totoli, Kedalaman Roppo nelayan Pangali-ali diperkirakan berada pada 700 meter hingga 1200 meter dari permukaan laut. 

Roppo inilah yang kemudian akn dikunjungi secara rutin oleh nelayan untuk mengecek apakah terdapat ikan yang ada di bawah roppo, ikan-ikan ini bisa diperoleh dengan dijalan. 

Sumber : 
1. Alimuddin, MR. Hukum Laut di Mandar: Aturang Parroppongang. https://www.slideshare.net/ridwanmandar/hukum-laut-di-mandar-aturang-parroppongang 
2. Alimuddin, MR. 2005. Orang Mandar Orang Laut : Kebudayaan Bahari Mandar mengarungi gelombang perubahan zaman.  

Kontributor :
Foto : Milad Maulana
Teks : Milad Maulana, Muhammad Tom Andari


No comments:

Write a Comment


Top