Kisah Daeng Marrumpaq (Tomatindo Di Salasaqna) : Perempuan Mana Yang Mau Di Madu


Sebenarnya saya mau memulai kisah ini dengan mengutip pau-pau yang berbunyi, "Perempuan mana yang mau dimadu." tetapi, kesannya terlalu serius maka saya ganti saja dengan dengan ungkapan yang lebih santai yaitu, "ini hati, bukan karoppoq." 
Dikisahkan bahwa pernah suatu ketika Maraqdia Balanipa yang bernama Daeng Marrumpaq (Tomatindo di Salasaqna) memenangkan perang di Soppeng. Atas kemenangan tersebut akhirnya beliau dinikahkan dengan putri petta Sojoe (bangsawan Soppeng) sebagai bentuk penghargaan. 

Setibanya Daeng Marrumpaq di Mandar, tentu saja beliau disambut dengan meriah oleh masyarakat setempat layaknya pahlawan, tapi di saat yang bersamaan- permaisuri beliau yang bernama Petta Ibulle (putri Opu ri Luwu) justru memberi sambutan yang berbeda.
kisah daeng marrumpaq tomatindo di salasaqna
Ilustrasi
Setelah mengetahui bahwa suaminya yang gagah perkasa itu telah menikah lagi di Soppeng, marah besarlah Petta Ibulle dan berkata, "Saya tidak mau dimadu dengan sepupuku!. Saking marahnya, Petta Ibulle lantas mengambil gendangnya Balanipa dan membuangnya ke jembatan. Maraqdia lalu menceraikan Petta Ibulle dan tak lama kemudian istri baru-pun melahirkan. Tiga belas tahun lamanya maraqdia Daeng Marrumpaq merangkap jabatan sebagai maraqdia Balanipa-Banggae hingga kemudian menyerang ke Kaili
 
Sumber: Lontarak pattodioloang II

Kiriman : Ibnu Masyis


2 comments:


Top