Perlunya Review Dan Pemilahan Kekayaan Panorama Alam Untuk Wisata Di Sulawesi Barat

"Kunjungan wisatawan ke Toraja Utara meningkat, kemungkinan akhir-akhir ini berhubungan dengan efek Lolai, Negeri Di Atas Awan, tetapi kunjungan ke Tana Toraja mengalami penurunan, ada apa gerangan?? Padahal even "Lovely December" sudah dipromosi hingga ke pusat kota provinsi Sulawesi Selatan, dan dibantu oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan "

Taksi laut di pesisir Pulau Tangnga, Pulau Salamaq, Binuang, kab. Polewali Mandar
Perahu nelayan di pesisir Pulau Tangnga, Pulau Salamaq, Binuang, kab. Polewali Mandar (foto : Muhammad Tom Andari)
Menurut opini saya, sesuatu yang jelas adalah karena  panorama kampung diatas awannya memang istimewa, disamping belum formal karena belum ada pengelola wisata termasuk retribusi (lebih ke ekowisata dimana rumah nginapnya hanya rumah tongkonan warga sebagai homestay yang bisa nego), bisa mendirikan tenda di puncak, biaya parkir dan jasa lainnya belum berlaku, walau pelosok tapi fasilitas listrik sudah masuk, 20 km dari Rantepao dan naik pete2 20rb, ojek juga ada (kata teman). 

Strategi yang berlaku meski tidak dikelola resmi oleh pemerintah, malah lebih leluasa sebab 10 orang yang naik bisa berlipat-lipat promosi yang dilahirkan melalui media sosial yang terhitung murah dan praktis. apalagi jika mencapai jumlah ratusan orang. Ini sebenarnya sama dengan yang dilakukan oleh teman2 Kompadansa Mandar/KDM (hanya khas alam saja yang beda). Sama juga dengan kawasan persawahan di kampung Rammang-Rammang kab.Maros, Sulawesi Selatan yang pada awalnya dieksplor oleh komunitas kecil yang suka alam bebas, lalu disambut oleh pemerintah dengan menghelat Full Moon Festival Rammang-Rammang dengan menawarkan eksotisme bulan purnama, danau-danau kecil serta disentuh pagelaran kesenian. Demikian pun kampung Lolai di kab. Toraja Utara, Sulawesi Selatan  yang sebenarnya semenjak dari dahulu negeri di atas awan tersebut tertimbun gempita wisata. 

Semenjak teknologi informasi berkembang termasuk media sosial baru keindahan itu terekspos dari hal-hal yang terkecil dan sederhana (berkemah, selfie dll). Namun dalam hal ini, tidak berarti kita mesti menafikkan organisasi pengelola termasuk adanya Pokdarwis. Tetapi efesiensi, ketepatan kerja mesti imbang atau bahkan lebih dari upaya anggaran yang tersedia dimana tentu dapat berdampak pada kesejahteraan masyarakat setempat sebagai pendukung utama obyek tersebut. 

Coba kita evaluasi perkembangan area-area wisata yang ada di Sulawesi Barat, atau Polewali Mandar  secara khusus,  misal yang ada di Kanang, Binuang, Mampie, Palippis dsb. Apakah ada grafik perkembangan nda, sekali lagi jika soal event kesenian dan budaya yang dapat menyokong wisata kita, saya berpikir sudah cukup "panas", tetapi eksplor atau pemilahan kekayaan panorama alamnya bagaimana? beribu berjuta turis pun kita undang pada tiap launching/opening ceremoninya mungkin tidak akan bertambah lagi kunjungannya (mis. fokus pada satu obyek wisata). Contoh Mentawai di Sumatra karena ada Ombak nya yang bagus tuk selancar, pedalaman Ubud di Bali karena ada perbukitan sawah, sejuk, kental tradisi membuat seniman pelukis dll betah. Akhir-akhir ini NTT dan Maluku utara ramai terekspos oleh laut dan pantainya. 

Dari sekian yang sudah dirambah oleh teman2 Komunitas Penggiat Budaya dan Wisata Mandar/KDM, terbilang lumayan spot-spot yang dipromokan, asyik dan indah. Dan semestinya kita mengadakan semacam review atau resume dari semua objek keindahan itu. Salam Eksplor,,

Kontributor :
Gambar  : Muhammad Tom Andari
Teks : Muhammad Rachmat 


No comments:

Write a Comment


Top