Agresi Arung Palakka Terhadap Mandar Pasca Perjanjian Bungaya

Pasca perjanjian Bungaya, Aru Palakka lalu mengirim 4 orang utusan ke Mandar dengan maksud menyampaikan bahwa, "karaeng telah kalah. Jangan kita berperang. Bagaimana ketentuanmu di Karaeng, begitu pula di Bone." Lalu Maraqdia Tomatindo Di Langgana menjawab, "Telah kudengar perkataan Bone, namun saya belum mau mengikut sebelum datang panggilan dari Karaeng sendiri." Jawaban dari maraqdia tentu sama saja telah mengabaikan poin perjanjian bungaya yang berbunyi, "Gowa melepaskan pengaruhnya terhadap kerajaan di sekitarnya." 

agresi arung palakka ke negeri mandar
agresi arung palakka ke negeri mandar (ilustrasi)
Singkat cerita, diambillah keputusan untuk menyerang Mandar yang cuek. Penyerangan pertama dibakarlah Soreang yang kemudian berganti nama menjadi Kandeapi. Musim hujan tiba, Bone mudik. Musim kemarau datang lagi menyerang hingga Samasundu - Napo. Setelah hampir ditombak oleh Daeng Rioso, barulah Aru Palakka mea'manu-manus (menghanyutkan diri) meminta orang Gowa untuk memperlihatkan diri. Tentu saja para Mandar heran dan mengutus Pappuangang Biring Lembang menemui orang Gowa dan berkata, "Mengapa Gowa datang? Kami berperang karna musuhnya karaeng. Kami tidak ada. Persengketaan dengan Bone." Lalu orang Gowa menjawab, "...... Semua orang makassar yang ada di negerimu, jual-lah untuk membeli peluru dan senjata. Nanti habis orang Makassar di negerimu, baru kamu jual orang Mandarmu! Alangkah marahnya Aru Palakka karna tidak sanggup mengalahkan Mandar. Nanti 50 malam barulah orang Bone mundur.

Kisah di atas lagi-lagi sebagai bukti bahwa: perjanjian Bungaya tidak memiliki pengaruh, Mandar tidak mengenal  siapa Belanda, bahkan kerajaan Gowa-Bone tetap memiliki batasan untuk mengatur kerajaan lain. Meminjam bahasa anggota hadat Balanipa, "Odi adaq odi biasa."

Kiriman : Ibnu Masyis


No comments:

Write a Comment


Top