Pertunjukan
koayang, atau pakkoa-koayang (lucu dan sangat menghibur), biasanya
dipadukan dengan tabuhan rebana sebagai hiburan. Pertunjukan ini mungkin
banyak yang tak tahu dan belum pernah
menyaksikannya. Dari apa yang saya saksikan, saya tak percaya jika Anda
tak tertawa terbahak bahak
jika menyaksikan kelucuan mereka.
Pertunukan Koayang yang ditampilkan oleh grup rebana di dusun Sumael dibarengi dengan cerita oleh lawan main pakkoayang yang disebut pattemba koayang. Bukan saja para koayang yang bergerak sendiri tapi ada lawan main pakkoayang yang disertai dengan guyonan dari awal hingga akhir pertunjukan. Biasanya tampil terlebih dahulu dengan koayang yang seakan terbang dan sesekali mencoba mematuk penonton.. setelah itu datanglah pattemba koayang dengan menunggang banyal guling (missawe) disertai dengan kayu sebagai senjata.. Masing-masing bergerak sesuka mereka dan dilanjut dengan guyonan lucu dan koayang ditembak. Setelah tertembak kemudian koayang tumbang dan mencoba dihidupkan kembali. (dari awal hingga akhir disertai komedi ).
Sejak saya masih anak-anak, pertunjukan ini sudah sering saya saksikan, karena kebetulan almarhum kakek seorang annangguru parrawana (pengajar rebana) dan pernah saya tanyakan bahwa memang sejak dahulu pertunjukan Koa-Koayang sudah ditampilkan.
Pakkoa-koayang sudah hampir punah, dalam grup binaan rebana kakek saya bahkan sudah jarang juga ditampilkam, namun saat ada acara pernikahan atau khatam Al Qur'an dirumah kami, sajian Koa-Koayang tidak pernah absen dihadirkan.
Pertunukan Koayang yang ditampilkan oleh grup rebana di dusun Sumael dibarengi dengan cerita oleh lawan main pakkoayang yang disebut pattemba koayang. Bukan saja para koayang yang bergerak sendiri tapi ada lawan main pakkoayang yang disertai dengan guyonan dari awal hingga akhir pertunjukan. Biasanya tampil terlebih dahulu dengan koayang yang seakan terbang dan sesekali mencoba mematuk penonton.. setelah itu datanglah pattemba koayang dengan menunggang banyal guling (missawe) disertai dengan kayu sebagai senjata.. Masing-masing bergerak sesuka mereka dan dilanjut dengan guyonan lucu dan koayang ditembak. Setelah tertembak kemudian koayang tumbang dan mencoba dihidupkan kembali. (dari awal hingga akhir disertai komedi ).
Sejak saya masih anak-anak, pertunjukan ini sudah sering saya saksikan, karena kebetulan almarhum kakek seorang annangguru parrawana (pengajar rebana) dan pernah saya tanyakan bahwa memang sejak dahulu pertunjukan Koa-Koayang sudah ditampilkan.
Pakkoa-koayang sudah hampir punah, dalam grup binaan rebana kakek saya bahkan sudah jarang juga ditampilkam, namun saat ada acara pernikahan atau khatam Al Qur'an dirumah kami, sajian Koa-Koayang tidak pernah absen dihadirkan.
![]() |
| Atraksi Koayang di dusun Sumael, desa Samasundu, kec. Limboro, kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Foto : Ahmad Basir) |
Koayang
atau yang biasa disebut dengan Koa-Koayang terinspirasi dari sejenis
burung bernama Koa yang saat ini sudah jarang ditemukan. Dari burung
Koa pertunjukan ini lahir, sehingga bagian kostum penarinya pada bagian atas
menyerupai burung dengan paruh yang panjang.
Menurut seorang anggota Teater Flamboyan Zulkifli Muhammad Siddiq Koa-koayang adalah genre pertunjukan rakyat, sama seperti ludruk dan ketoprak di pulau Jawa. Ditambahkan pula oleh Pendiri Uwakeq Culture Foundation, Muhammad Rahmat bahwa Koayang bukan merupakan tarian, ia dapat disebut tarian ketika lakon koayang ditarikan.
Menurut seorang anggota Teater Flamboyan Zulkifli Muhammad Siddiq Koa-koayang adalah genre pertunjukan rakyat, sama seperti ludruk dan ketoprak di pulau Jawa. Ditambahkan pula oleh Pendiri Uwakeq Culture Foundation, Muhammad Rahmat bahwa Koayang bukan merupakan tarian, ia dapat disebut tarian ketika lakon koayang ditarikan.
![]() |
| Prosesi pertunjukan Koayang di dusun Sumael, desa Samasundu, kec. Limboro, kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Foto : Ahmad Basir) |
![]() |
| Prosesi pertunjukan Koayang di dusun Sumel, desa Samasundu, kec. Limboro, kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Foto : Ahmad Basir) |
![]() |
| Prosesi pertunjukan Koayang di dusun Sumael, desa Samasundu, kec. Limboro, kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Foto : Ahmad Basir) |
Sanggar
seni Teater Ampat (Ammana Pattolawali) dari kab. Majene pada tahun
2007 juga pernah membawakan pertunjukan ini di Jakarta, seperti
dijelaskan oleh Sahari Ari. Jenis pertunjukan ini dahulu juga pernah
dibawakan oleh Teater Flamboyant
asal Tinambung, kab. Polman dalam pementasan pada tahun 1999 di IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, seperti yang dijelaskan oleh Abed Mubarak dari Teater Flamboyan.
Hanya sayang pertunjukan ini termasuk
jarang dilakukan. Lokasi pertunjukan Koayang baru-baru ini dilaksanakan
di kediaman kepala dusun Sumael, desa Samasundu, kecamatan Limboro,
kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat oleh grup rebana perpaduan
dari 4 Grup (Binaan Alm. ABD. RAHMAN (Puaq Sipa').
![]() | |||
| Pertunjukan Koa-Koayang Teater Flamboyan tahun 1999 di IAIN Sunn Kalijaga Jogjakarta (Foto : Zulkifli Muhammad Siddiq) |
![]() |
| Pemain Pertunjukan Koa-Koayang Teater Flamboyan tahun 1999 di IAIN Sunn Kalijaga Jogjakarta (Foto : Muhammad Rahmat) |
Kontributor :
Teks : Ahmad Basir
Foto : Ahmad Basir, Muhammad Rahmat, Zulkifli Muhammad Siddiq






No comments:
Post a Comment